Awan
sepertinya enggan bersamaku kali ini
Menunduk rendah memandang bumi
Pancarkan sinar kelabu seantero negeri
Kupandangi sehelai kertas buram di depanku
Di atas benda empat kaki
Seksama kutelaah apa maksud dari angka-angka tak beraturan
dengan kata-kata yang entah tak tau apa maksudnya
Tapi,
waktu tetaplah berjalan
Detik demi detik, menit demi menit
Dengan cepat semua berlalu
Peluhku ikut luluh bersama waktu
Tinggal sinar kelabu yang dibiaskan oleh udara
dengan indeks bias sama dengan satu
Oh tidak!
Kacamataku ikut buram!
Dengan tanpa kacamata putih itu,
kupandang semua benda sampai titik tak hingga
Yang terlihat hanya buram saja
Kecuali kertas buram ini yang bisa terlihat jelas
Mentok,
tak menemukan jawaban
hasil kali bagi lensa konvergen dan divergen
TUHAN! Kemana ingatanku tentang kedua hal itu?
Apakah ikut terbawa arus sungai Ciloseh?
Percuma mengharap dunia terbelah dua saat ini juga
Lensa, mikroskop, lup, teleskop akan terus membayangiku
Setidaknya sampai aku mati nanti,
Fisika akan tetap setia menemani.
Tasikmalaya, 3 Maret 2011
05:08 WIB
No comments:
Post a Comment