Monday, November 22, 2010

21 November 2010, Hari yang melelahkan untuk meneriakkan namanya

Mungkin ini telat, tapi ini PENTING, sodarah! Lebih penting dari kedatangan Om Obama kemaren ke Indonesia!

APAAN?


Jadi gini ceritanya, kemaren, hari minggu 21 November 2010, jadwal gue padet boo. Pagi-pagi sekitar jam 07:30 WIB gue berangkat ke LIA bareng adek gue, Muhammad Rizki Iqbal, karena ada acara bazaar dan Student Day. Gue bingung acara apaan itu, tapi yaudahlah daripada ga dateng. Tapi sesampainya di sana, bayangkan sodarah-sodarah, GUE DIANGGURIN? (bukannya "dianggurin" itu nama buah ya?). Bukan sodarah, kamsutnya gue cuma diem di depan kayak yang ga ada kerjaan (emang!). Saat temen-temen gue pada sibuk dengan tugasnya sebagai panitia, gue pun hanya diem di depan sambil megang hp sambil ngeliatin mereka. Okeh, salah gue sodarah, kenapa minggu-minggu kemaren gue ga dateng? Yaudahlah, biarkanlah, yang penting gue ga lama-lama berada di sana karena hawa gue lagi males ngeliatin orang banyak.

Sekitar pukul 09:10 WIB gue izin pulang duluan. Okeh, gue pulang-tapi-tidak-pulang. Jadi? Kamsutnya begini sodarah sekalian, gue pulang, tapi gue ga pulang ke rumah. Gue ke rumah temen, karena kita udah janjian mau hunting. Setelah cek sana cek sini, lihat sana lihat sini, serong kanan serong kiri (emang ga nyambung), gue, Suci, dan Acid pun pergi dengan misi pertama, yakni mesen kue ultah buat Dina yang ber-ulang-tahun hari ini. HAPPY BIRTHDAY MY BANGKUMATE *tingtingting*.

Kita langsung cabut ke Paseh, tempat sobat gue, Suci, sering mesen kue. Namun sayang, kita telat mesennya. Yaudahlah, kita nyari kue yang udah jadi aja. Kita cabut ke Ramona, tapi tokonya TUTUP sodarah! (nasib lo nad, yang sabar ya!). Tidak jauh dari Ramona, gue ngeliat tukang jualan balon. Yak, BALON, PEMIRSA! Langsung kita samperin tuh tukang balon dan mengadakan triktat, eh maksutnya janjian. Rencanya kita mau nyari balon yang berbentuk hati a.k.a LOPE, tapi berhubung ga ada akhirnya kita ketemu sang penjual balon gas dengan tangan hampa. Kita beli 5 balon gas, ijo, kuning, jingga, pink, dan ungu. Karena kita jalan-jalannya naik motor, di tengah jalan balon kuningnya lepas. Maafkan aku balon kuning, bukan diriku yang salah, tapi Suci (sambil nunjuk-nunjuk Suci) yang tak menjagamu dengan baik, hingga kehormatanmu kini hancur! (maaf ga nyambung).

Bensin motor gue udah hampir nunjuk huruf "E", yang tandanya cerita ini akan segera berakhir atau END. Eh salah, kamsutnya segera habis a.k.a EMPTY. Sepanjang jalan susah banget nyari Pom Bensin yang nyediain Pertamax, tapi untung di deket Karang Resik ada satu Pom Bensin yang menyelamatkan jiwa raga gue (sujud syukur-mata berkaca kaca-nangis lebanon-nyium nyium tanah). Okeh, ga sampe segitunya juga, gue hanya narik nafas lega. Sampai akhirnya tiba giliran gue. Gue bilang, "Teh, 50 ribu yah?", tetehnya bilang, "Iya". Mungkin karena jalanan sedang ramai, atau emang telinga tetehnya budeg di mana gue nyebut 50 ribu jadi 10 ribu. Gue sadarnya pas gue ngasih tuh uang 50.000 warna biru gambar I Gusti Ngurah Rai (yaiyalah, kalau gambar lo itu uang 500-an), dan dikasih kembalian sebesar Rp 40.000,00. Tak apalah, yasudah, yang penting motor gue udah ke isi Pertamax.

Lanjut, kita bertiga yang tadinya berencana mau hunting di komplek Andalusia, jadi berubah haluan ke arah Objek Wisata Karang Resik yang dulu katanya bagus dan terawat. Tiket masuk bertiga + motor 2 buah seharga Rp 12.500,00. Hunting ke sana ke mari di tempat yang sama. Berikut foto-foto hasil dari hunting

Ini penjaga LIA, Pak Yanto namanya






Ini belum semua sodarah, berhubung komputer gue entah mengapa sedang eror, yasudahlah maybe next time aja ya. 

Sebelumnya, sempet terjadi sebuah peristiwa yang ga akan gue lupa sepanjang hayat gue. Saat kita bertiga dateng ke Karang Resik, tempatnya sepi, pemandangannya enak, sawah membentang luas, Acid yang mulai agak gila tiba-tiba teriak, "*****, AKU BENCI KAMU! AKU GA MAU KETEMU KAMU!". Gue pun yang udah ngerasa dada ini penuh sesak pun ikut-ikutan teriak, "****!!!". Gue cuma bisa bilang itu. Gue ga bisa ngomong lebih, SODARAH. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment