Setitik Air Susu ditengah Air Tuba

Okeh sodarah, di sini gue mau nyeritain salah satu kisah yang gue alami. Ini nyata, tanpa rekayasa sodarah! Ga menyentuh hati sih, tapi seengganya bisa jadi cerminan buat kalian semua.


Ini dimulai pada masa-masa gue jadi penggangguran. Yak, p-e-n-g-a-n-g-g-u-r-a-n, peralihan antara masa SMP dan masa SMA. Di SMA tempat gue menimba ilmu saat ini, sempat diadakan sebuah program yang bernama English Program. Sesungguhnya gue ga mengerti untuk apa program ini dibuat, toh saat ini masih banyak siswa yang memakai bahasa Indonesia atau Sunda. Okeh, back to topic. Di masa itu gue sedang masa down, sodarah. Entah mengapa. Bayangkan saja sodarah, gue sampe 3 hari ga makan, dan cuma ngandelin minum air putih doang. Sampe akhirnya DBD gue kambuh lagi. Yap, saat usia gue sekitar 6 tahun, gue sempet terkena virus dengue yang akhirnya gue dibawa ke RS. Dan gara-gara down itulah, imunitas gue tidak mampu melawan virus itu lagi. Sebelumnya gue ga tau kalau DBD gue kambuh. Orang tua pun ga tau. Gue kira cuma demam dan flu biasa. Begitupun dengan orang tua gue. Gejala-gejala yang gue alami 3 hari berturut-turut yakni panas pada malam hari, dan mendadak turun pada siang harinya. Yak, begitulah yang terjadi selama 3 hari tersebut. Hingga gue dibawa ke Dr. Triyono. Beliau memeriksa keadaan gue, dan menyarankan gue untuk dites darah. Saat menunggu antrean di laboratorium, kepala gue udah nyut-nyutan sodarah, badan udah menggigil kedinginan gara-gara AC (padahal gue udah pake jaket). Setelah tes urin dan pada saat akan dites darah, mata gue udah burem dan hampir gelap. Sebelum detik-detik penyelamatan, gue sempet bilang, "Mah, aku mau pingsan.." Mama panik, tapi petugas laboratorium malah bilang, "Bentar dek, jangan pingsan dulu!". Jadilah gue ga jadi pingsan. Sang petugas lab langsung menyuruh mama gue untuk beli teh kotak, dan dengan sigapnya mama gue langsung lari keluar. Tidak sampai 2 menit, mama gue balik lagi dan langsung ngasih gue teh kotak itu. Gue minum sedikit, dan gue ga jadi pingsan. Sang petugas lab pun berkata, "Okeh, jangan tegang ya de, rileks, kalau tegang nanti pingsan lagi". Gue pun nurut. Setelah selesai, gue balik ke rumah dan menunggu hasil tes. Sekitar jam 4an hasil tes diambil, dan ternyata benar sodarah, trombosit gue dibawah normal. Dan akhirnya gue dibawa ke RS Borromeus, Bandung.

Selama 2 hari 2 malam gue dirawat di sana, Dr. Edi, dokter yang merawat gue di RS Borromeus bilang, "Untung Tuhan masih sayang, biasanya kalau udah 3 hari penderita DBD udah ga ketolong!". WHAT? GA KETOLONG? YAA ALLAH, terlalu banyak dosa yang gue lakuin, tapi KAU masih berbaik hati memberi waktu untuk menebus semuanya. Mungkin saja, sekarang, detik ini, udah ga ada nama NADIA SALSABILA lagi. Itu mungkin saja sodarah. Mungkin.

Tapi selama gue dirawat itu, ga ada satupun dari temen gue yang nengok atau nanyain. Ya, gue maklum lah, gue ga mau berita ini sampai didengar mereka. Paling yang nengok adalah temen mama yang (syukurnya) gue kenal. Mereka ngasih doa buat gue, salaman, dan juga bingkisan tentunya sodarah.

Mirisnya, beberapa minggu kemaren, temen gue nanya "Nad, waktu minggu pertama English Program kamu kemana? Asa ga keliatan?". Gue jawab, "Sakit". Dia bilang, "Sakit apaan? Kenapa ga bilang?". Gue jawab dengan simpel dan senyuman, "DBD say". Dia bilang, "Wah, maaf ga nengok".

Okeh, itu beberapa cuplikan percakapan antara gue dan temen gue yang bertanya demikian. Gue jawab dengan senyuman yang sesungguhnya di dalam hati gue masih tersimpan kemirisan ini. Gue ga mau kejadian ini nimpa ke temen-temen gue yang lainnya. Saat sakit, yang di mana kita harus dikasih motivasi oleh teman-teman dan keluarga. Tanpa itu, kita bukan apa-apa, sodarah. Dan kini, gue selalu nengok temen-temen gue yang sakit dan mengajak yang lain untuk nengok. Meski terkadang yang ditengokinnya ga mau, gue bakal tetep maksa. Gue hanya ingin menjadi setitik air susu ditengah air tuba. Setidaknya, gue bisa memberikan sedikit kemanisan ditengah orang lain yang sedang merasakan kepahitan.