"Libur telah tiba,libur telah tiba
Hore, Hore, Hore
Simpanlah tas dan bukumu
Lupakan keluh kesahmu
Libur telah tiba,libur telah tiba
Hatiku gembira!!!"
Oke, itu lirik dari lagu Libur Telah Tiba yang dinyanyikan oleh Tasya, beberapa tahun yang lalu. Yap, dan itu yang menjadi gambaran perasaan anak-anak saat liburan tiba. Jangankan anak-anak, gue aja yang udah mulai masuk remaja tingkat akhir juga masih seneng kalau saatnya liburan.
Sebenernya arti liburan itu apa, sodarah sekalian? (okeh, di sini kita agak seriusan yak? duariusan juga boleh).
Gue cenderung mengartikan arti kata LIBURAN sebagai suatu waktu di mana kita bisa jauh dari pekerjaan dan rutinitas sehari-hari, waktu di mana kita bisa merefreshingkan pikiran kita yang sudah tercemar oleh berbagai macam polutan, waktu di mana kita bisa melakukan apa pun yang kita mau, dan waktu di mana kita bisa bersantai ria.
Tapi kalau merujuk (acie, bahasanya abot mameen) definisi liburan yang gue buat, sepertinya gue belum pernah merasakan yang namanya liburan, sodarah. Sepertinya, setiap liburan yang pernah gue lalui (okeh, bahasanya mungkin terlalu lebay) gue merasa selalu terkekang oleh keinginan orang lain. Yak, gue pengen bebas. Gue pengen ke situ sampe jam segini, gue pengen ke sana sampe jam segitu. Tapi, apa mau dikata, gue masih anak ingusan. Tapi gue tetep imut.
Dan di liburan kali ini, gue malah diajakin ke CANGKRINGAN. Tau ga lo? Itu loh, tempatnya mbah marijan. Gue bingung, maksutnya om dan tante gue ngajak ke sana ngapain? Apakah gue akan dijadikan tumbal untuk mbah marijan? OH PLEASE NO, GUE MASIH PENGEN IDUP, GUE MASIH IMUT SODARAH! (?)
Yap, insting fotografi gue pun berjalan. Dari Tasi gue emang udah ngerencanain bawa kamera DSLR gue, ya itung-itung kalau terjadi sesuatu yang diluar batas kemampuan manusia (?). Dan inilah beberapa hasil potretan gue di Cangkringan. Ya meskipun ga bagus, seengganya gue udah mirip tukang foto keliling, dan gue masih imut (?).
Dan di liburan kali ini, gue malah diajakin ke CANGKRINGAN. Tau ga lo? Itu loh, tempatnya mbah marijan. Gue bingung, maksutnya om dan tante gue ngajak ke sana ngapain? Apakah gue akan dijadikan tumbal untuk mbah marijan? OH PLEASE NO, GUE MASIH PENGEN IDUP, GUE MASIH IMUT SODARAH! (?)
Yap, insting fotografi gue pun berjalan. Dari Tasi gue emang udah ngerencanain bawa kamera DSLR gue, ya itung-itung kalau terjadi sesuatu yang diluar batas kemampuan manusia (?). Dan inilah beberapa hasil potretan gue di Cangkringan. Ya meskipun ga bagus, seengganya gue udah mirip tukang foto keliling, dan gue masih imut (?).
Inilah saat masuk ke daerah Cangkringan
Inilah kondisi sepanjang jalan sebelum gue masuk ke tempat tujuan
Ya, inilah kondisi saat ini di desa Cangkringan yang terkena lahar yang dibawa oleh Sungai Gendol
Sebelum gue berangkat, gue sempet ngobrol dengan mama dan Yangkung (singkatan : Eyang Kakung) a.k.a kakek gue. Dengan dialek jawa tentunya. Hingga akhirnya gue menarik kesimpulan, banyak orang-orang yang tinggal di Gunung Merapi sana yang musyrik, alias menyekutukan Tuhan. Termasuk juga Mbah Marijan. Meskipun mereka mengaku-ngaku beragama Islam, tapi mereka masih meyakini ada kekuatan Merapi. Ya, sudah sepantasnya Allah menurunkan peringatan ini.
yah coba ada configure reaksinya , mau di centang " menarik " padahal :D
ReplyDeletetpi gpp lah, postingannya cukup menarik :D
if u dont mind , please follow my blog, thanks advance :D
haha. oh maap, nanti deh di setting lagi. thanks :D
ReplyDeletealrite, done. thank you :)