Friday, July 22, 2011

I'm an IA 6

Hello blogwalkers dan semuanyaaaa!

Akhirnya gue naik kelas XI juga. Hiphiphip! Ada senengnya ada juga sedihnya. Ya, begitulah seharusnya hidup. Kalau di situ ada kesenangan, pasti kesedihan sudah siap sedia di samping atau di depan kita. #pepatahhasilsemedi7hari7malem

Senin kemarin jadi penentuan di mana gue bakal meneruskan pendidikan ini dan dengan siapa gue bakal bergaul selama 2 tahun ke depan. Stres gue mikirinnya!


Gue bangun sekitar pukul 04.30 WIB, sesuai dengan setelan jam weker yang gue setel malem sebelumnya. Setelah salat Shubuh, gue langsung nulis note di hape gue,

Ini hari pertama gue masuk sekolah dan belum apa-apa lo udah masuk ke mimpi gue lagi. Meskipun ga lama, ya sekitar 3 detik atau lebih sebelum gue bangun dan sadar itu cuma mimpi, tapi itu...ah you know, I was trying to forget you when you came back again into my dream. It's such a horrible one. I don't like it. I hate it. I hate when I miss you actually but you're not here.
"Nad, ane mau bacain puisi tentang mereka.."
Itu yang gue baca. 3 detik. Gue ga ngerti apa artinya. Atau jangan-jangan gue salah baca chat itu karena terlalu kecepetan.
"Nad, ane mau bacain puisi di depan mereka.."
Gatau mana yang bener.
Yang jelas, APA HUBUNGANNYA SAMA GUE? Gue ga ngerti.

Setelah mandi dan udah siap, tiba-tiba gue dapet telfon dari Suci. Dia cerita tentang bagaimana deg-degannya dia saat liat papan pengumuman nanti, begitupun gue. Gue dan dia pun akhirnya saling tunjuk siapa yang bakal pergi ke sekolah duluan yang akhirnya jatuh pilihan di gue. Sebenernya gue ga niat ke sekolah. Ga ada yang bisa dikecengin (?) kayak dulu. Ga bakal bisa senyum-senyum malu kayak dulu. Lutut gue pun ga bakal nervous kayak dulu. Tapi sekolah adalah sekolah (yaiyalah, lu pikir pasar?). Setibanya di sekolah, gue langsung nunggu Suci dan ngirim sms ke Dina. Sekitar 5-7 menit gue nunggu. Celingak-celinguk imut kayak Miss Yuniperes.

Ternyata penantian celingak-celinguk imut gue pun terbayar. Suci dan Dina akhirnya dateng. Guru pertama yang kami temui adalah Bu Kamila, Guru Bahasa Sunda yang cantik, baik hati, tidak sombong, dan tidak pelit nila (ehem ehem Bu, mau dibayar berapa nih? *dicekik*). Beliau langsung nanya ini itu, tentang penjurusan, dan blablabla lainnya. Kami ga mau ngabisin waktu terlalu lama pastinya karena papan pengumuman pembagian kelas sudah menanti-nanti kami di Podium sana. Fyuh, langsung galau deh kalau inget. Kami pun langsung pamit ke Bu Kamila.

"Anjir, kalian sakelas deui!"
Gue denger suara temen sekelas gue waktu kelas X, Meita.
Dina dan Suci udah jingkrak-jingkrak ampe jungkir balik. Lah, nasib gua gimanaaaah?
"Ari aku?", gue hampir nangis man.
"Enya, kalian bertiga!"
"WAW! Alhamdulillah.."
Feel like I wanna scream at that time. But wait on...

"Nad, kita kelas IA 6.", Dina langsung membuyarkan keinginan gue untuk jerit-jeritan.
"Oh..", gue pura-pura bersikap santai sedangkan dalam hati, "Oh God please I hardly can believe this would happen. What's surprise again? IPA 6, and then?"

"Kita sekelas sama Rifqi!", Dina masih tak henti-hentinya memberi kejutan.
"WHAT? Rifqi yang IQ-nya jauh di atas gue itu? Pret...nasib gue gimana!"

Ga sampe di situ. Kejutan yang lainnya sebagai hadiah gue menjadi kelas XI pun datang bertubi-tubi.

Nantikan cerita gue selanjutnya tentang kelas baru gue ini.

No comments:

Post a Comment