Ini hampir satu tahun gue dan lo kenal, Ko. Engga satu tahun pas sih, mungkin kurang beberapa bulan karena awal kenalnya lo dengan nama gue yaitu di bulan November tahun lalu. Sekarang, ga kerasa, lo mau pergi.
Flashback dikit.
Awal kita kenal, lucu banget. Gue ga bakal bisa lupain gimana acara Hitam Putih memulai awal pembicaraan kita. Big thanks for Om Deddy Cobuzier exactly.
Dari situ kita chat.
Ga spesial memang. Tapi seengganya, hari itu, tanggal itu, 27 November 2010, untuk pertama kalinya gue buang semua rasa malu gue demi lo.
Kedua, akhirnya gue temukan sesuatu yang mungkin akan menghubungkan kita. Ya, Bogor. Kota gue semasa kecil yang masih banyak kenangan yang patut gue kenang hingga sekarang. Dan lo, semakin membuat kota Bogor semakin istimewa di hati gue.
Malam-malam berikutnya kita chat, hingga suatu masa akhirnya gue bisa tukeran nomor handphone sama lo. Hari itu bener-bener hari terindah yang pernah gue tau hingga saat itu. 22-12-2010.
Kita pun semakin intens chat dan sms-an mulai agak sering. Di situ, gue pun mengenal sosok humoris yang awalnya gue ga tau kalau ternyata lo bisa ngelawak juga. Lo ngelawak dengan cara dan gaya lo yang sungguh gue suka.
Sampai suatu hari, saat udah masuk sekolah, hari itu hari Jumat tanggal 14 Januari 2011. Kita janjian ketemu di lobby. Ya, karena gue mau ngasih sesuatu.
Tiba keesokan harinya. Gue udah siap, tapi lo masih ada acara. Oke, gue tunggu karena gue juga ada acara terlebih dahulu. Detik-detik pun berlalu, semua begitu terasa cepat, sampe gue ga sadar kalau gue udah selesai salat Ashar dan tinggal beberapa langkah lagi gue ada di hadapan lo.
Suci terus-terusan nyemangatin gue, "Ayo Nad! Ini kesempatan lo!"
Satu tarikan nafas, gue langkahkan kaki ke arah lobby di mana kita janjian buat ketemu.
Dari kejauhan, gue ga liat lo ada di lobby. Ternyata, lo nunggu di ruang piket, duduk sambil baca koran. Di samping lo juga berdiri seorang bapak TU yang berambut putih (gue ga kenal namanya). Antara canggung dan nervous, gue samperin lo.
"A..."
"EEEH, NADIAAA!", lo teriak dengan lucunya.
Saat itu, gue bener-bener pengen pingsan. HARI ITU PERTAMA KALINYA LO NYEBUT NAMA GUE.
"Udah nunggu lama, Nad?"
"Eh, baru kok, A. Hehehe", jawab gue sambil cengengesan ga jelas.
"Yuk, duduknya di situ aja!", ajak lo.
"Eh, ini A ********nya", kata gue sambil ngasih sebuah bingkisan hitam (bukan bom), "Maaf A, dikresek item".
"Oh, ga apa-apa Nad, yang penting halal. Hahaha. Oh iya, gimana SF?"
Yah, akhirnya kita ngobrolin SF sampe akhirnya gue pamit. Tapi,....
"Bentar Nad! Aa juga punya sesuatu buat kamu."
*CTAAAAAAR. Itu persis seperti apa yang Dina ramalin.
Gue bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang bakal lo kasih ke gue, sementara lo masih terus meriksa saku kanan-kiri celana.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment