Oke, kita dah mulai masuk bulan Februari, sodarah. Dan tadi pagi gue memulainya dengan biasa-biasa saja. Tapi, ada orang yang paling gue ga suka (baca: bukan dalam artian benci). Ya, kakak kelas itu. Tiba-tiba aja, pas gue dan temen-temen (baca: para makhluk absurd) mau ngambil buku absensi (baca: yang tiap pagi memang harus dibawa), tuh orang malah nongol di deket taman kelas gue. Artinya, pagi pertama gue di bulan Februari sudah TERCORENG!
Lanjut, di siang harinya gue ngerasa ga enak badan. Mungkin efek samping dari kejadian tadi pagi (yang barusan diceritain). Hidung gue sudah mulai over produksi dan bersin-bersin pun tak dapat dihindari lagi. Alhasil, gue harus beli tissue.
Ceritanya gue lagi di KOPSIS (baca: masih bersama para makhluk absurd) sehabis jajan dan kita duduk-duduk sebentar di sana. Tak lama kemudian, datang orang yang baru aja gue ceritain di atas. Gue bersikap biasa aja karena memang gue udah ga kenal sama sekali.
Sepulang sekolah, badan gue makin ngajak ribut. Setelah selesai solat, gue langsung caw ke kantin belakang. Di tengah jalan, gue sempet ngobrol-ngobrol bentar sama Teh Ipeh, anak XI IA 3. Ga lama sih, cuma ngobrolin tentang *ehem* gebetannya. Abis itu gue langsung ke kantin.
Gue pesen semangkuk mie ayam dan juga segelas minuman. Acid ngajak lomba makan, dan itu artinya dia ngajak berantem sama gue. Kenapa? Oke, gue jujur di sini, di antara 4 orang makhluk absurd ini (baca: gue, Acid, Dina, dan Suci), gue yang paling lama makan, jadi jangan ajak gue lomba makan. Nah, kalau lu mau mau menang di lompa menalikan sepatu, lawan lu haruslah Dina, karena dia-lah yang paling lama dalam urusan ini, hahaha.
Semangkuk mie ayam pun akhirnya berpindah ke perut gue. Dan itu artinya, temen-temen gue udah selesai duluan. Tak lama berselang, hujan deras pun turun. Deras, deras banget. Mengingat dan menimbang-nimbang bahwa gue lagi ga enak badan, akhirnya kita nunggu hujan reda. Dan tak lama, hujan pun sedikit reda. Gue, dengan gaya imut (?) gue and the nyekers, berusaha menerjang derasnya hujan dengan telanjang kaki.
Sampai di kelas, pastinya basah kuyup. Jam menunjukkan pukul 14.58 WIB, buru-buru gue ngeluarin laptop dari tas. Gue inget agenda hari ini di mana kita mau ngerencanain ART. Baru denger? Pasti kalian bertanya-tanya dalam hati sanubari kalian, "Apa itu ART?".
Oke, gue jelasin sekilas yak, ART itu singkatan dari Asosiasi Remaja Teatrikal. ART merupakan wadah bagi para pelajar khusunya di SMAN 2 Tasikmalaya, yang berminat dalam seni peran, perfilman, atau teater. Untuk lebih jelasnya, liat aja postingan gue yang judulnya ART.
Balik ke cerita, pas gue nyalain laptop, ternyata masih jam 14.51 WIB, dan artinya masih ada 9 menit lagi sebelum peresmian. Dalam 9 menit itu, kita udah melakukan yang namanya Pembacaan Ayat Suci Al-Quran (hanya 1 ayat), Pembacaan Visi dan Misi ART (yang bener-bener ngasal dan spontan), Harapan-Harapan buat ART, dll. Hingga akhirnya tepat pada pukul 14.59 WIB, kita menghitung mundur dari angka 30.
15.00 WIB
ART resmi dibentuk. Horeeeeeeeee (seneng-senam lantai-koprol).
Tapi, berhubung hari masih hujan, gue dan temen-temen gue mutusin buat diem dulu di kelas. Jam dinding telah menunjukkan jam 16.25 WIB, dan kita memutuskan untuk solat dulu, lalu pulang. Dengan (masih) gaya imut gue and the nyekers, kita pergi ke masjid dari kelas. Sebelum sampai ke masjid, gue sempet melakukan beberapa ritual, yakni menyemprotkan air ke temen-temen gue (oke, gue emang jahil! *evilsmile*).
Ceritanya gue udah di kelas, udah selesai solat, udah beres-beres, siap pulang pokonya. Dan di perjalanan pulang,
S : "Lewat jalan mana?"
N : "Lurus we ke lobby."
N : "Lurus we ke lobby."
D : "Ih heu, aya anak-anak basket tuh, mending lewat mesjid."
A : "Atos dina, mending lurus. Emang kunaon jeung anak basket?"
S : "Aya Hasima-na dina." (baca: Hasima di sini adalah sebutan kita buat orang yang tidak kita suka)
A : "Oh.."
D : "Jadi, lewat mana?"
A : "Atos dina, mending lurus. Emang kunaon jeung anak basket?"
S : "Aya Hasima-na dina." (baca: Hasima di sini adalah sebutan kita buat orang yang tidak kita suka)
A : "Oh.."
D : "Jadi, lewat mana?"
N : "Tos saur abi ge, lurus."
D : "Ih, belok lah ka mesjid."
N : "Din, mending lurus saur abi mah, mun lewat mesjid, karunya nu tos ngepel mesjid, bisi kotor deui."
D : "Ih, belok lah ka mesjid."
N : "Din, mending lurus saur abi mah, mun lewat mesjid, karunya nu tos ngepel mesjid, bisi kotor deui."
Akhirnya Dina nyerah. Tapi sodarah, sumfehnya, gue ga tau apa yang sebenernya ada di hadapan gue saat itu, tapi Suci bilang, "Muhun, tos lurus we, ehem.."
Oke, gue tau, kalau Suci udah ngomong kayak gitu, pasti ada yang ga beres. Bener aja. Orang itu, orang yang selalu ada di mimpi gue, orang yang selalu ada di doa-doa gue, berdiri membelakangi gue. UNTUNG MEMBELAKANGI! Kalau dia ngadep ke gue, mungkin postingan ini ga bakal pernah ada.
Bagaimana nasib gue selanjutnya?
Gue hanya bisa lewat secara perlahan. Gue pengen buru-buru pulang, tapi si Acid malah ngelama-lamain dengan ngabsen dulu di finger-print. Ah, kamfret. Tapi yasudahlah, dia juga biasa aja, gue juga harus biasa dong! (Padahal, dalam hati rasanya luar biasa mameen!).
"Ini awal bulan februari nad, sebentar lagi dia lulus, lu jangan terlalu optimis. Buat sekarang, lu coba keluar dari kegelapan cara mendapatkan dia. Lu harus cari sesuatu yang baru, lu harus nemuin cahaya yang baru buat dapet apa yang lo mau. LU HARUS KELUAR DARI KEGELAPAN INI!"
No comments:
Post a Comment