Assalamu'alaikum.
Hello my viewers, long time no see ya. [baru tau bule 4 hari aja udah sok-sokan sekarang lu pake bahasa Inggris nad (¬_¬”) ] Well, udah lama banget gue ga nongkrong (?) di depan laptop sambil dengerin lagu, ngemil, blogging, jogging, ngising *eh* karena UAS yang sudah memakan sisa waktu hidup gue selama 1 minggu. Tapi Alhamdulillah, hasil sementara UAS yang gue tau sampe sekarang ga ada satu mata pelajaran pun yang diremid! Hell yeaaaaaah! (¨`v´¨)
Hello my viewers, long time no see ya. [baru tau bule 4 hari aja udah sok-sokan sekarang lu pake bahasa Inggris nad (¬_¬”) ] Well, udah lama banget gue ga nongkrong (?) di depan laptop sambil dengerin lagu, ngemil, blogging, jogging, ngising *eh* karena UAS yang sudah memakan sisa waktu hidup gue selama 1 minggu. Tapi Alhamdulillah, hasil sementara UAS yang gue tau sampe sekarang ga ada satu mata pelajaran pun yang diremid! Hell yeaaaaaah! (¨`v´¨)
Then, di sini gue mau cerita tentang zezuatu. Ya, zezuatu. Tapi zezuatu itu bukan zahrini atau azanti. Zezuatu itu adalah dua onggok eh ekor anak kucing »-(¯`v´¯)-»
Yap, gue suka kucing. Gue suka anak kucing. Gue suka ibu kucing. Gue suka bapak kucing. Gue suka nenek kucing. Gue suka kakek kucing. Apapun tentang kucing, gue suka kecuali ta*nya. Pas tanggal 8 November kemarin, gue pulang dari sekolah naik angcot (well, nasib jomblo *eh* single (” `з´ )_,/”(>_<)). Cuaca sore itu mendung gerimis yang bawaannya pengen meluk...guling (well, nasib single lagi). Untuk menuju rumah, sehabis turun dari angcot masih sekitar 150 meter jauhnya so otomatis karena ga cukup punya fulus buat naek becak gue memutuskan untuk jalan. Nah, saat gue lagi enak-enaknya jalan sambil mendendangkan sebuah lagu garapan Secondhand Serenade yang judulnya Goyang Gayung, tiba-tiba gue menemukan seekor anak kucing sedang tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Gue yang suka kucing, anak kucing, ibu kucing, bapak kucing, nenek kucing, dan kakek kucing, bingung setengah mampus. Gue kasihan dan pengen ngadopsi anak kucing itu. Tapi di lain pihak, gue ga bisa ngebayangin gimana ekspresi mamak gue yang kurang suka kucing ketika gue sampe rumah dengan membawa oleh-oleh seekor anak kucing jalanan yang kumal. Oh tidak....aku dilema.
Gerimis makin deras dan sudah tidak bisa disebut sebagai gerimis lagi. Gue, dengan segala dilema dan kebimbangan, langsung memungut anak kucing itu. Bulunya basah, badannya masih kecil. Sungguh gue kasihan dan melaknat siapa bapak dan ibunya (tapi berhubung gue suka bapak dan ibu kucing, jadi gue ga jadi ngelaknat). Sesampainya di rumah, gue udah siap dengan amuk massa yang bakal nyeramahin gue.
"Assalamu'alaikum. Maah, aku bawa anak kucing. Nemu di jalan. Kasian..."
Dan gue sudah menelan ludah dalam-dalam.
"Oh.... Kasih minum atuh bisi kehausan."
Gue masih menahan nafas.
"Mah, ga apa-apa dipelihara?"
Mamak diam.
Mamak diam.
Gue diam.
Mamak masih diam.
Gue makin ga tenang.
Mamak makin diam.
Mamak makin diam.
Suasana makin mencekam.
Udin baru pulang dari pasar (eh kenapa ada si Udin?)
Udin baru pulang dari pasar (eh kenapa ada si Udin?)
"Hmm. Yaudah..."
Gue pun menarik nafas lega.
Gue siapin susu buat diminum dan anak kucing itu dengan merasa asing menciumi apa yang gue kasih. Yeah, pastinya gue ga lupa untuk ngasih nama. Dan namanya adalah Natan. Natan itu keren, macho, cool, dan gue berharap itu ada di diri Natan nanti kalau udah gede. Tapi the hellnya, pas suatu saat gue ke dokter hewan yang temennya bokap, yang akrab gue panggil Tante Aceu bilang kalau sebenernya Natan adalah betina.
Gue shock.
Tapi gue harus bisa terima kenyataan kalau Natan adalah Natan yang betina. Gue ga bisa menyalahkan takdir. Gue ga boleh galau. GA BOLEH! *jeng jeng* ٩(͡๏̯͡๏)۶
Well, itulah cerita tentang anak kucing gue yang bernama Natan yang tadinya gue kira jantan eh sebenarnya dia adalah betina. Sekarang, dia udah ada di rumah gue sekitar 5 minggu lebih lamanya dan lagi masa centil-centilnya. Jempol gue aja udah berapa kal jadi sasaran gigitannya.
So, thanks for your time to read. Maaf kalau sebenernya postingan ini ga ada gunanya.
Peace, love, and gaul. Wassalam.
No comments:
Post a Comment